Waktu dan Keabadian: Perspektif Religi dan Fisika
Waktu adalah pengalaman universal yang dirasakan oleh semua makhluk hidup, namun maknanya bisa sangat berbeda tergantung dari sudut pandang. Dalam dunia fisika, waktu adalah dimensi yang dapat diukur dan dipengaruhi oleh gravitasi dan kecepatan. Sementara itu, dalam agama dan spiritualitas, waktu sering dikaitkan dengan keabadian—sesuatu yang melampaui batas ruang dan waktu itu sendiri.
Perspektif Fisika: Waktu Itu Relatif
Dalam Teori Relativitas yang dikembangkan oleh Albert Einstein, waktu bukanlah sesuatu yang mutlak. Waktu bisa melambat atau bahkan “membeku” tergantung pada medan gravitasi dan kecepatan objek. Di dekat lubang hitam, misalnya, waktu bagi seorang pengamat bisa berjalan jauh lebih lambat dibandingkan dengan waktu bagi pengamat di tempat lain.
Konsep ini mengarah pada gagasan bahwa waktu bukan aliran tunggal yang sama untuk semua orang, melainkan bagian dari struktur ruang-waktu yang fleksibel.
Namun, relativitas tetap mengakui bahwa waktu memiliki awal dan arah. Teori Big Bang menyatakan bahwa waktu mulai mengalir sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu. Tapi apakah ada sesuatu di luar waktu?
Perspektif Religi: Keabadian di Luar Dimensi Waktu
Dalam banyak tradisi religius—termasuk Islam, Kristen, Hindu, dan Buddhisme—keabadian dianggap sebagai eksistensi di luar batas waktu. Tuhan atau entitas ilahi digambarkan sebagai abadi dan tidak terikat waktu, sementara kehidupan setelah kematian diyakini berada di dalam dimensi yang tidak tunduk pada hukum fisika seperti yang kita kenal.
Pandangan ini tidak bertentangan dengan fisika, melainkan berada di luar cakupan sains, karena ilmu pengetahuan hanya bekerja dalam ruang-waktu yang bisa diobservasi dan diukur.
Kesimpulan
Waktu adalah dimensi yang mengikat alam semesta, namun keabadian melampaui batas itu—setidaknya menurut kepercayaan religius. Fisika mencoba memahami waktu dengan rumus dan pengamatan, sedangkan agama memberi makna pada waktu dan apa yang ada setelahnya. Keduanya menawarkan cara berbeda namun saling melengkapi dalam memahami keberadaan dan tujuan hidup manusia.